BENGKULU | World Whitewater Championship (W2C) segera digelar di Batu Balai, Sungai Bengkenang, Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu.
Meski waktu pelaksanaan masih enam bulan mendatang, namun sudah puluhan klub dari 11 negara memastikan diri siap berlaga dalam kejuaraan terbuka arung jeram bertaraf internasional tersebut.
Diantaranya adalah klub-klub handal dari Rusia, Republik Ceko, Filipina, Kroasia, dan negara-negara Amerika Latin.
Peserta dari dalam negeri sendiri diprediksi bisa melampaui 60 tim, termasuk sedikitnya 20 tim pilihan asal lokal Bengkulu yang telah berlatih intensif sejak Februari lalu.
Demi menyukseskan kejuaraan berhadiah total USD 10 ribu ini, IMO-Indonesia DPW Bengkulu sebagai pelaksana telah memperoleh restu dan dukungan penuh DPP IMO-Indonesia.
“Ini akan didahului kejuaraan lokal (Bengkulu-red) dan kejuaraan nasional mulai Juli nanti. W2C ditargetkan terlaksana akhir tahun 2021, atau situasional (karena pandemi-red) bisa molor juga sampai awal tahun depan,” jelas Ersan, Ketua IMO-Indonesia DPW Bengkulu, Jum’at (4/6/2021) malam.
Dia mengaku, pelaksanaan event di masa pandemi Covid-19 lumayan rumit dan riskan, sehingga butuh persiapan ekstra dan harus jeli menganalisa situasi, khususnya di wilayah sekitar lokasi kejuaraan.
Itu pula sebabnya jadwal kejuaraan sesi pertama, yakni tingkat lokal Bengkulu, sampai harus diundur sebulan lebih, yang semula dijadwalkan Sabtu pekan lalu.
Selain bertujuan mempertahankan eksistensi olahraga arung jeram saat banyak atlet di seluruh penjuru tanah air terpaksa ‘gantung dayung’ akibat pandemi berkepanjangan dan ditiadakannya cabang olahraga ini dalam PON XX Papua, event beresiko tinggi ini juga sebagai perwujudan peran organisasi perusahaan pers di sektor ekonomi kreatif.
Menurut rencana, sesi final W2C akan dihadiri langsung oleh Ketua Umum IMO-Indonesia Yakub Ismail beserta segenap pengurus DPP.
Medan Ekstrim
W2C digelar di perhuluan Sungai Bengkenang, tepatnya dalam kawasan Batu Balai yang terkenal dengan jeram eksrim ber-grade hingga 5. Bahkan beberapa bagian jeramnya bisa meningkat grade 6 (level tidak bisa diarungi) saat musim pengghujan biasa.
Pengarungan jeram berkontur sangat curam, sempit, berliku tajam dan permukaan air nyaris tanpa flat (datar) sejauh delapan kilometer ini pertama kali dalam sejarah diterobos Tim IMO-Indonesia DPW Bengkulu bersama organisasi binaan, Dayung Serunting, pada November 2020 silam.
Sejak saat itu, puluhan media online anggota IMO-Indonesia berbasis di wilayah Bengkulu mempromosikan destinasi wisata baru ini habis-habisan hingga nama Batu Balai ‘naik daun’ dan dikunjungi ribuan wisatawan.
Sayangnya, aturan ketat selama masa pandemi Covid-19 memaksa IMO-Indonesia, Dayung Serunting dan Pokdarwis setempat menerapkan sistem buka-tutup akses ke destinasi di kelilingi hutan lindung dan hutan produksi tersebut.
Rafting Vaganza
Menyadari jeram bukan hanya milik para atlet, IMO-Indonesia DPW Bengkulu —kini tengah merakit satu kompi atlet remaja— juga berancang-ancang menggelar Rafting Vaganza bagi wisatawan umum.
Yakni sebuah event tahunan berwujud fun rafting, digelar setiap hari selama tiga bulan. “Fun rafting ini melintasi jalur tersendiri di bagian hilir Batu Balai. Kondisi jeramnya lebih bersahabat, hanya sampai grade 3. Jadi cukup aman bagi ibu-ibu sekalipun,” ungkap Ersan.
Pendiri klub paralayang Crazy Bee (lebah gila) yang ber-home base di kawasan Ekowisata Serunting ini menuturkan, Rafting Vaganza sudah digagas sejak tahun lalu.
Saat itu hanya diperuntukkan para calon atlet. “Mulai tahun ini, Rafting Vaganza terbuka untuk siapa saja yang berminat memacu adrenalin di atas jeram. Pemandunya sudah disiapkan,” tutupnya. Red/Ben